Publikasi

Policy Brief

Policy Brief

Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Bagi Kelompok Masyarakat Rentan melalui pendekatan Inklusi Sosial dan Kesetaraan Gender

Photo by Mahendra Putra on Unsplash

Oleh : Ayo Indonesia

Tipe : Policy Brief

Perubahan iklim sudah dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur, indikasinya adalah telah bergeser pola musim hujan, musim kemarau semakin panjang, suhu udara sangat panas, dan sering terjadi hujan dengan intensitas tinggi.

Dalam buku Keragaman dan Perubahan Iklim di Nusa Tenggara Timur yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015 menyatakan bahwa perubahan perilaku iklim yang tidak menentu di sebagian besar wilayah di NTT menyebabkan terjadinya penyimpangan pola hujan dari normalnya dimana awal musim hujan umumnya mundur, sering terjadi periode kering (dry spell) atau jeda hujan (season break), curah hujan bertambah tinggi, namun periode musim hujan semakin pendek, serta intensitas hujan cukup tinggi terjadi pada musim kemarau.

Fenomena iklim seperti ini ternyata membawa dampak negatif di sektor pertanian yang ditandai dengan penurunan produksi, baik tanaman pangan jenis padi maupun perkebunan, khususnya, kopi robusta, bahkan menyebabkan gagal panen pada kedua komoditi penting tersebut.

Berdasarkan data produksi padi sawah beririgasi teknis, sawah tadah hujan dan tanaman perdagangan yang dirilis oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2021 menunjukkan bahwa hasil padi sawah turun sebesar 18,23 persen dan sawah tadah hujan sebesar 53.94 persen pada 3 tahun terakhir. Sedangkan Produksi kopi Robusta pada 4 tahun terakhir (2018-2021) di Kecamatan Lamba Leda Selatan dan Congkar (lokasi studi) mengalami penurunan sebesar 257,30 ton atau 10,93 persen, dari total produksi 2.354,12 ton tahun 2018 turun menjadi 2.096,82 ton tahun 2021.

Kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap perubahan iklim adalah keluarga-keluarga petani sebab mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk dapat beradaptasi. Selain itu, akses mereka terhadap informasi iklim terbatas sehingga berpengaruh pada ketidakpastian untuk menentukkan musim tanam yang tepat. Ketidakmampuan mereka menghadapi dampak perubahan iklim berimplikasi kepada penurunan pendapatan, padahal pengeluaran tahunan dari keluarga-keluarga petani untuk penyediaan pangan beras justru terus meningkat. Sebanyak 82,28 persen penduduk di Kabupaten Manggarai Timur bermata pencaharian bertani dengan tingkat Pendidikan sangat rendah, hanya menamatkan Pendidikan di tingkat Sekolah Dasar. Padahal sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Manggarai Timur sebagaimana besaran kontribusinya mencapai 48,4 % terhadap PDRB (Buku Potensi Investasi Manggarai Timur).

Unduh

Bagikan :

Mari Ikut Serta dalam Aksi Ketahanan Iklim!

Hubungi Kami Untuk Informasi Lebih Lanjut

Scroll to Top